sejarah sebagai disiplin ilmu
Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah
adalah ilmu yang terbuka. Kenyataan bahwa sejarah menggunakan bahasa
sehari-hari, tidak menggunakan istilah-istilah teknis, memperkuat keterbukaan
itu. Keterbukaan itu membuat siapa pun dapat mengaku sebagai sejarawan secara
sah, asal hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai ilmu. Sejarah sebagai
ilmu dapat berkembang dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut :
1. Perkembangan
dalam filsafat
Perkembangan
dalam filsafat ditunjukkan ketika filsafat sejarah zaman pertengahan didominasi
filsafat sejarah kristen, maka penulisan yang menonjolkan peran orang-orang
suci juga tampak. Riwayat penyebaran Kristen di Irlandia oleh Saint Patrick
pada abad ke-V masih diperingati sampai sekarang.
2. Perkembangan
dalam teori sejarah
Perkembangan
dalam teori sejarah ditunjukkan ketika dalam Seminar Sejarah I di Yogyakarta
pada tahun 1957 telah dicanangkan perlunya nasionalisme dalam penulisan
sejarah, yaitu sejarah yang menunjukkan peran orang Indonesia (Indonesia-sentrisme)
untuk menggantikan “sejarah dari atas geledak kapal” yang menunjukkan peran
para penjajah Belanda (Neerlando-centrisme). Tantangan itu mendapat jawaban
ketika pada tahun 1962 John Smail menulis tentang mungkinnya kita menulis sejarah
Indonesia yang otonom, yang para pelakunya adalah orang Indonesia sendiri. Misalnya,
kita akan menulis sejarah Aceh. Asal kita selalu dapat mengembalikan semua
peristiwa pada pertentangan antara ulebalang dan ulama, kita akan mendapatkan
sejarah Indonesia yang otonom. Orang-orang asing yang ada hanya mempunyai peran
sebagai pembantu pihak dalam ang sedang bertikai.
3. Perkembangan
dalam ilmu-ilmu lain
Perkembangan
dalam ilmu-ilmu lain juga berpengaruh pada perkembangan sejarah. Ketika sosiologi
menajdikan kota sebagai bahan kajian, maka sejarah muncul dengan Sejarah Kota. Demikian
juga ketika psikologi Freudian digantikan oleh psikologi Neo-Freudian dalam
sejarah muncul psikohistori, sejarah yang menguraikan kejiwaan tokoh-toko
sejarah.
4. Perkembangan
dalam metode sejarah
Ketika
dalam sejarah muncul metode kuantitatif, maka di Amerika dan Eropa muncul
Sejarah Kuantitatif, karena di tempat-tempat itu sumber sejarah lama sangat
memungkinkan untuk di kuantifikasikan. Demikian pula kegiatan-kegiatan
penerbitan sumber. Penerbitan Arsip Nasional tentang Sarekat Islam Lokal telah
mendorong banyak penelitian.
Daftar Pustaka :
Kuntowijoyo.
1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar